![madura5](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_s56RRlqhVmdjskNjY7qTF8bS_QLdYEq5hdQd6gKYeoplf68PDqKIJxJwJ0qax_dhpp8_jQaRVoDmd-HKrE0eFYnbCePHxqIgsK1gzpgxvacEKT7ZZuGuACMm7u-Q8UZiTYJ62uQmwWO8voKduE=s0-d)
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki
bersama oleh para anggota masyarakat, yang kalau dilaksanakan oleh para
anggotanya, melahirkan perilaku yang oleh para anggotanya dipandang
layak dan dapat diterima.
Kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi
abstrak tentang jagat raya yang berada di balik perilaku manusia, dan
yang tercermin dalam perilaku. Semua itu adalah milik bersama para
anggota masyrakat, dan apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka
perilaku mereka dianggap dapat diterima di dalam masyarakat.
Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa, bukan diwariskan secara
biologis, dan unsur-unsur kebudayaan berfungsi sebagai suatu keseluruhan
yang terpadu.
Dari definisi diatas masyarakat Madura memiliki kebudayaan yang
berbeda dengan kebudayaan masyarakat-masyarakat pada umumnya (masyarakat
di luar Pulau Madura), meskipun Madura masih berada di wilayah
Indonesia tapi karena factor letak membuat kebudayaan-kebudayaan di
Indonesia berbeda-beda, dari satu daerah-ke daerah lain pasti memiliki
perbedaan kebudayaan.
Untuk kebudayaan masyarakat Madura sendir berbeda dengan kebudayaan
masyarakat lainnya, termasuk dengan kebudayaan Jawa Timur (Surabaya,
Malang dll) meskipun Madura masih satu provinsi dengan mereka.
Masyarakat Madura memiliki corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan
masyarakat Jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat Madura
disegani, dihormati bahkan “ditakuti” oleh masyarakat yang lain.
Kebaikan yang diperoleh oleh masyarakat atau orang Madura akan
dibalas dengan serupa atau lebih baik. Namun, jika dia disakiti atau
diinjak harga dirinya, tidak menutp kemungkinan mereka akan membalas
dengan yang lebih kejam. Banyak orang yang berpendapat bahwa masyarakat
Madura itu unik, estetis dan agamis. Dapat dibuktikan dengan banyaknya
masjid-masjid megah berdiri di Madura dan tidak hanya itu saja,
kebanyakan masyarakat Madura termasuk penganut agama Islam yang tekun,
ditambah lagi mereka juga berusaha menyisihkan uangnya untuk naik haji.
Dari hal tersebut tidak salah kalau masyarakat Madura juda dikenal
sebagai masyarakat santri yang sopan tutur katanya dan kepribadiannya.
Masyarakat Madura masih mempercayai dengankekuatan magis, dengan
melakukan berbagai macam ritual dan ritual tersebut memberikan peranan
yang penting dalam pelaksanaan kehidupan masyarakat Madura. Slah satu
bentuk kepercayaan terhadap hal yang berbau magis tersebut adalah
terhadab bendah pusaka yang berupa keris atau jenis
tosan aji dan ada kalanya melakukan ritual
Pethik Laut atau
Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Untuk bahasa masyarakat Madura memiliki bahasa daerahnya sendiri yang
mayoritas digunakan oleh masyarkat asli Madura. Bahasa Madura hamper
mirip dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia, karena bahasa
Madura banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan
lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk system
hierarki berbahasa sebgai akibat pendudukan Kerajaan Mataram atas Pulau
Madura pada masa lampau.
Bahasa Madura mempunyai system pelafalan yang unik. Begitu uniknya
sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami
kesulitan, khususnya dari segi pelafalannya. Bahasa Madura sebagaimana
bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal
Tingkatan-tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas
tingkat yakni :
- Ja’ – iya (sama dengan ngoko)
- Engghi-Enthen (sama dengan Madya)
- Engghi-Bunthen (sama dengan Krama)
Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh
wilayah Madura. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa
dialek seperti dialek Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep dan
Kangean. Dialeg yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek
Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan
kebudayaan Madura.
![madura4](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_suyhgD4FF-SFpQJVN74xcwcLvqyqKt0lgTX8aGeJapr0oRIxFGonHGXN2BiFzlrNJ-x9smsdLL5TMkkteHZO1SVT8wmqKLETl1raBjcLrRB0VL0tbkHqb1SF80SULioDMFmCuLOnT2R4yJqQc=s0-d)
Untuk kesenian sendiri Madura memiliki beberapa kesenian tradisional
seperti karapan sapi, topeng, keris, batik, celuret, kleles dan tuk-tuk.
Karapan sapi adalah perlombaan pacuan sapi yang sudah berlangsung sejak
dulu. Karapan sapi juga dapat menaikkan setatus social pemilik sapi
bila sapi miliknya bisa juara dalam perlombaan tersebut.
Karapan sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi
mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura yang dinamakan
saronen. Para pemusik seronen ini bertugas sebagai alat penyemangat
anggota kontingen bersrta sapi-sapinya sebelum karapan dimulai.
Topeng Madura biasanya digunakan untuk pentas kesenian topeng dalang,
yaitu kesenian topeng yang dalam memerankan suatu cerita, penarinya
tidak berbicara, dialog dilakukan oleh dalangnya cerita yang dibawakan
adalah cerita Ramayana dan Mahabarata.
![madura1](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sfSxPGHyOQ2N3FQL8r1gYAVBmI8SaIbnXFUYHsMZu2kxcZVfWqwh-J7KuF53T69undmbBC1bi8wqS2bZlf6pr2p7AHfqIRSHaFALkUA3ojsiYC2luGcoqsFi7WYTOnPcBEjnLLZ4VDPIWiPzSX=s0-d)
Batik Madura adalah sebuah kerajinan tangan yang berasal dari Pulau
Madura, yang pusat pembuatan batik tersebut berada di daerah Bangkalan
yang merupakan ujung Barat Madura, sampai di pasar Sumenep. Batik Madura
seakan identik dengan satu tempat istimewa, yaitu Tanjung Bumi, yang
berada di Bangkalan Utara, diluar jalur utama lintas Madura yaitu berada
di sisi selatan pulau Madura.
Keris juga merupakan sebuah kerajinan tradisional dari Madura
meskipun tidak begitu diketahui sejak kapan keris sudah menjadi senjata
tradisional masyarakat Madura. Tempat kerajinan keris sekarang berada di
Kabupaten Sumenep di desa Aeng Tongtong, kecamatan Saronggi. Keris
sekarang dan keris pada masa lalu berbeda, bila keris sekarang digunakan
hanya untuk meningkatkan/menaikkan pamor seseorang dan keris pada masa
lalu digunakan sebagai alat berperang.
Celurit juga termasuk alat tradisional milik masyrakat Madura,
terutama para rakyat kecil memperlakukan celurit sebagai senjata yang
tak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Tak mengherankan, bila pusat
kerajinan senjata tajam itu banyak bertebaran di pulau Madura. Celurit
dibuat di desa Peterongan, kecamatan Galis, kabupaten Bangkalan. Disana
sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya sebagai pandai besi
pembuat arit dan celurit dan keahlian mereka adalah warisan sejak
ratusan tahun lampau.
Kleles adalah alat yang dipakai untuk pasangan sapi yang dikerap
agar keduanya dapat lari seirama, sedangkan pada bagian buritan adalah
tempat duduk joki, yang akan mengendalikan arah dan larinya sapi.
Tuk-tuk sebagai instrument pengiring pada saat kerap sedang dibawa
keliling maupun pada saat sedang berlangsung perlombaan kerapan sapi.
Cara hidup masyarakat Madura ada berbagai macam seperti ada
masyarakat Madura yang merantau kedaerah-daerah lain yang bertujuan agar
dapat menaikkan derajat mereka, ada pula yang masih di daerahnya untuk
melakukan ternak sapi, bila yang tinggal didaerah pesisir mereka bekerja
sebagai nelayan dan pembuat garam tradisional, ada pula yang membuat
usaha di rumah seperti usaha batik tulis Madura, kerajinan celurit dan
keris.
![madura2](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_s8ex0pzgygXCxXchM5AA7BtvydnTBm_ygApTuucgrTNGPyleurYJHDUqF7YgfQdQZ7hyviOl2-UAHd9QstmZgPfSrswzlIfr5U0mrruMlA0xf8WaVFpP253sireUIh0xMoTaTiB7HSVlLVRWKt=s0-d)
Pakaian adat masyarakat Madura untuk pria sangat identik dengan motif
garis horizontal yang biasanya berwarna merah-putih dan memakai ikat
kepala. Lebih terlihat gagah lagi bila mereka membawa senjata
tradisional yang berupa clurit. Dan untuk wanita, biasanya hanya
menggunakan bawahan kain batik khas Madura dan mengenakan kebaya yang
lebih simple.
![madura7](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_szILdjCK6bIfpzNXJrQx3EIPljQQUeKH2hGC10sq6HHGkze3CiA50wtWXT7yiZTdDt1wJv5e039I_40p7rFgXAlBDxzjDnmAzoy2Ag_pkDHSlu0RsToaKLM2s6rXlVnG1bfTFzb72lTj5R9Js=s0-d)
Untuk rumahnya sendiri, masyarakat Madura kebanyakan rumahnya hamper
mirip rumah Jawa (Joglo), karena bila dilihat dari sejarahnya Jawa masih
ada benang merah dengan Madura maka ada akulturasi kebudayaan, antara
budaya Jawa dengan budaya Madura.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa Madura memiliki kebudayaan
yang komplek dan menakjubkan. Tinggal kita, sebagai generasi muda apakah
dapat melestarikan kebudayaan-kebudayaan peninggalan nenek moyang kita
atau kebudayaan itu akan hilang dengan sendirinya dan anak cucu kita
nantinya tidak akan dapat mengetahui dan menikmati kebudayaan
peninggalan nenek moyang mereka